The Karawang Post - Karawang | Rektorat Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menggelar konferensi pers terkait pembelian 40 cabin kontainer untuk ruang kelas yang menuai kontroversi di tengah masyarakat. Konferensi pers tersebut berlangsung di Gedung Opon Kampus Unsika pada Selasa (17/12/2024) dan dihadiri oleh Wakil Rektor (Warek) 2 Safuri, Warek 3 Amirudin, Kepala Biro Kurniawan, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Indra Budiman, serta Kepala Bagian Humas Anna.
Kepala Biro Unsika, Kurniawan, menjelaskan bahwa pembelian cabin kontainer ini merupakan solusi cepat untuk mengatasi kekurangan ruang kelas yang dihadapi Unsika. “Kami membeli 40 cabin, di mana satu cabin bisa digunakan untuk dua kelas. Harga per cabin sebesar Rp159 juta dengan total pagu anggaran mencapai Rp6,4 miliar. Anggaran ini bersumber dari BLU (Badan Layanan Umum) Unsika,” ungkapnya.
Menurut Kurniawan, jumlah mahasiswa aktif di Unsika saat ini mencapai 18.000 orang, sementara sarana dan prasarana kampus masih belum memadai.
“Unsika sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang baru berusia 10 tahun harus terus berbenah. Idealnya, kami membutuhkan 162 ruang kelas, sedangkan yang tersedia saat ini hanya 84 ruang kelas. Ada kekurangan sebanyak 66 kelas, dan ini yang kami coba atasi dengan kelas kontainer sebagai solusi sementara,” jelasnya.
Pihak rektorat menegaskan bahwa langkah ini bersifat sementara, sambil menunggu pembangunan ruang kelas permanen yang direncanakan akan dimulai pada tahun 2025. “Untuk tahun depan, kita akan membangun 40 ruang kelas bersama. Sementara ini, kami gunakan cabin kontainer dulu,” tambah Kurniawan.
Wakil Rektor 2, Safuri, menambahkan bahwa Unsika sebenarnya sudah memiliki Detail Engineering Design (DED) yang disusun sebelum pandemi COVID-19. Namun, DED tersebut tidak bisa langsung direalisasikan karena adanya perubahan satuan biaya.
“Oleh karena itu, kami memilih kelas cabin sebagai alternatif karena proses pengadaannya lebih cepat dan mudah,” kata Safuri.
Safuri memastikan bahwa kelas kontainer ini akan nyaman digunakan, dengan dilengkapi fasilitas pendukung yang memadai.
“Pembangunan ini akan dilakukan bertahap. Untuk saat ini, fokus kami adalah menyiapkan kelas kabin terlebih dahulu. Soal landscape, itu akan direncanakan di tahun 2025,” ujarnya.
Menanggapi pertanyaan wartawan terkait kondisi kontainer yang sudah tersusun di atas tanah sementara paving block baru dikerjakan, Safuri menjelaskan bahwa hal ini dilakukan demi efisiensi waktu.
“Jika kami mengutamakan landscape terlebih dahulu, pembangunan kelas akan lebih lama. Untuk saat ini, paving block sedang dipasang agar area tidak becek, ditambah batu-batu kerikil sebagai solusi sementara,” tandasnya.
Dengan adanya langkah ini, pihak Unsika berharap kebutuhan ruang kelas bagi mahasiswa dapat terpenuhi secara optimal, meskipun untuk sementara menggunakan kelas kontainer. Rektorat juga berkomitmen untuk terus berbenah dalam penyediaan infrastruktur pendidikan yang lebih baik di masa mendatang.
• Irfan
0 Komentar